Siapa sangka pagi itu tujuannya hanya membeli pecah belah di pasar tapi akhirnya membawa pulang seekor kucing kira-kira berumur 3 bulan dalam keadaan sekarat.
Ini ceritanya si Poxi (namanya aslinya Fox, tapi lebih cute kalau Poxi hehe) kucing kampung berwarna tabby abu-abu dan putih mirip kucing pertamaku.
Pagi itu saya lagi cari piring dan tatakan dari melamine dan untuk urusan pecah-belah saya selalu ke toko langgananku yang lengkap dan penjualnya ramah banget. Seperti biasa si abang tawarin saya untuk duduk dulu sambil minum minuman teh yang dingin sekali..mmm..sesaat ga terasa panasnya pasar pas nelan cairan wangi itu dan tiba-tiba pandangan saya terhenti ke suatu bentuk yang bergerak pelan-pelan dan terseok-seok di atas ubin lorong di depan kios pecah-belah. Ternyata seekor anak kucing yang lemas sekali dalam keadaan sekarat. Melihat keadaan memilukan itu, dalam pikiran saya adalah bahwa si kitten itu kelaparan dan langsung saya berdiri dari bangkuku dan lari ke daerah kios makanan dan beli pindang untuk si mungil. Pas balik ke tempat dimana saya melihat si kitten dalam keadaan menyedihkan itu, ternyata si kecil sudah tidak ada lagi. Saya melihat sekitar saya tapi ternyata dia menghilang entah kemana. Saya telusuri lorong itu dan akhirnya melihat si mungil lagi minum air comberan. Terpaku sedih dengan pandangan itu saya langsung ambil si kecil dan bawa balik ke kios kelontongan untuk memberikan dia makanan pindang. Saking lemasnya si kitten ga doyan makan dan melihat saya dengan mata sayunya. Akhirnya saya ambil keputusan untuk membawa dia balik ke rumah dengan harapan saya bisa berbuat sesuatu. Minimalnya membuat dia mau makan. Si abang terheran-heran melihat saya membawa si mungil pulang, dan sempat bilang : “Semoga si Puss bisa sehat lagi ya”. Saya cuma bisa senyum dan membawa dalam genggam tangganku si kecil yang lemas dengan belanjaan saya di tangan kiri. Sesampai di rumah, saya langsung menyelimuti si mungil dan mempersiapkan makanan basah yang cukup cair agar bisa dikasih ke si kecil dengan bantuan suntikan. Dengan sabar menyemprotkan dikit demi sedikit makanan basah itu, akhirnya si mungil seperti “hidup kembali”, kelihatan lebih segar dan ga terlalu lemas. Tiba-tiba dia meloncat dari pangkuanku dan seperti mencari-cari sesuatu. Apakah si kecil lagi cari tempat buat kencing atau pup ? Eh ternyata benar..baru saya masukkin di kotak litter si mungil langsung buang air besar tapi mencret hebat. Akhirnya saya ambil keputusan untuk bawa si kecil ke dokter hewan langgananku yang langsung diagnosis masalah pencernaan dan dehidrasi. Dengan membawa pulang obat yang bisa meringankan penderitaan si mungil, saya punya harapan bisa memulihkan si kitten.
Selama 5 hari 4 malam dengan tidur cuma 3 jam setiap hari karena memberikan makanan cair setiap 4 jam agar si mungil ga tambah parah dehidrasinya, akhirnya si kecil sehat kembali. Mungkin si mungil tahu bahwa saya berjuang untuk memulihkan dia karena selama saya mengurus si kecil, dia selalu memandangku dengan mata yang seperti bilang : “Makasih banget ya udah mengurus saya”. Setelah pulih kembali, saya baru berpikir untuk memberikan si mungil sebuah nama yang cocok. Akhirnya kupanggil dia “Fox” karena mukanya mirip fox hehe..Sekarang si Poxi sangat sehat dan umurnya sudah 4 tahun. Poxi sangat manja dan tatapan matanya masih seperti dulu seperti bilang terima kasih selalu. Inilah kisah si Poxi, kitten sekarat di pasar yang menjadi sahabat berbuluku yang lincah, lucu dan manja.
My relationships with my cats has saved me from a deadly, pervasive ignorance.
– William S. Burroughs
My relationships with my cats has saved me from a deadly, pervasive ignorance.